Cerita Sukses Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Kirim Mahasiswa ke Luar Negeri

Pelaksanaan Forum Komunikasi FBS 2020
Forum Komunikasi FBS Undiksha 2020 Kembali Digelar
Februari 5, 2020
Para Eksaminandus yang diyudisium pada Periode Bulan Februari 2020
Yudisium Fakultas Bahasa dan Seni Periode Bulan Februari Kembali Digelar
Februari 12, 2020
Pelaksanaan Forum Komunikasi FBS 2020
Forum Komunikasi FBS Undiksha 2020 Kembali Digelar
Februari 5, 2020
Para Eksaminandus yang diyudisium pada Periode Bulan Februari 2020
Yudisium Fakultas Bahasa dan Seni Periode Bulan Februari Kembali Digelar
Februari 12, 2020

Tulisan ini adalah hasil wawancara singkat dengan Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa Jepang, Bapak Wayan Sadyana (5/2).

            Sejak setahun yang lalu Prodi Pendidikan Bahasa Jepang sukses mengirim mahasiswa untuk magang di sejumlah hotel di Jepang. Yang terbaru adalah dua orang mahasiswa kini sedang belajar di Universitas Ohkagakuen, Aichi Jepang. Keduanya lolos seleksi program pertukaran mahasiswa internasional.

            Bapak Wayan Sadyana menceritakan “rahasia” sukses itu. “Hubungan atau jejaring kerja itu sangat penting,” Ia mengawali ceritanya. Lebih jauh terungkap bahwa hubungan yang akhirnya melibatkan dua lembaga ini dirintis lewat hubungan personal. “Saya dibantu oleh beberapa teman di Jepang secara pribadi. Dari teman-teman itulah saya mendapat banyak informasi mengenai berbagai program yang bisa diikuti oleh mahasiswa.”

            Pengiriman mahasiswa ke luar negeri memang tidak boleh dilakukan tanpa dasar pertimbangan dan alasan. “Jika suatu lembaga memberi tawaran tetapi programnya tidak jelas, maka saya tolak.” Kata Pak Wayan dengan tegas. Karena itu, tidak semua tawaran ke luar negeri bisa diikuti oleh mahasiswa. Dalam hal ini dosen berperan penting membantu mahasiswa dalam membuka jalan. “Awalnya sulit tetapi kini sudah lebih mudah.”

            Satu tujuan pengiriman mahasiswa ke Jepang adalah erat kaitan dengan kurikulum di prodi ini. “Saya ingin mahasiswa belajar bahasa Jepang secara langsung mengingat di Bali kesempatan menggunakan bahasa ini secara langsung sangat jarang.”

            Lebih lanjut Pak Wayan memaparkan, “Di Jepang mahasiswa bisa belajar sambil bekerja sehingga biaya hidup tidak perlu dari orang tua mahasiswa.” (I Wayan Artika)