FBS BERKOLABORASI DENGAN KPID BALI, SELENGGARAKAN SEMINAR LITERASI DI TENGAH ERA MEDIA DIGITAL.
April 14, 2023Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Perkenalkan Budaya Corporation Jepang.
Mei 12, 2023Pojok Mural, 28/4/23 — TIDAK BUTUH WAKTU LEBIH DARI SEBULAN dari pertemuan pertama, Komunitas Cemara Angin yang akrab disebut CA berhasil menyusun sebuah pementasan sastra yang apik. Pementasan itu berlangsung di Pojok Mural, FBS bertepatan dengan Hari Puisi Nasional sekaligus memperingati wafatnya salah satu sastrawan puisi yang cukup terkenal yaitu Chairil Anwar. Acara mendapat respons yang positif dari para dosen hingga alumnus-alumnus jurusan yang turut menyaksikan malam itu.
Acara tersebut diberi nama Je/alang Malam atau disebut Jelang Malam. Artinya, sebuah malam apresiasi sastra yang berlangsung menjelang malam, tak hanya itu nama acara jalang malam juga terinspirasi dari salah satu puisi tersohor Chairil Anwar yaitu puisi berjudul “Aku”. Dalam salah satu barisnya terdapat “Aku ini binatang jalang”, kata ‘jalang’ menurut KBBI memiliki makna terpinggirkan atau liar. Dari hal itu, CA menunjukkan bahwa komunitas kecil juga dapat menunjukkan eksistensinya melalui pagelaran sederhana dalam memperingati hari sastra puisi.
Dalam acaranya CA tidak sendiri, berkat dukungan dari HMJBSID serta niat dan tujuan yang satu untuk menciptakan malam apresiasi impian maka, semua komponen yang terlibat malam itu singkat dan beretos kerja. Malam yang hanya dikira sebuah pementasan kecil-kecilan yang ditonton oleh jurusan, berubah menjadi pementasan yang disaksikan seluruh warga kampus bawah hingga beberapa masyarakat umum. Panggung yang bersinar, di bawah awan mendung yang bergerak ke barat daya, serta suara riuhan penonton satu per satu datang memadati areal depan parahyangan. Ketua Jurusan, Bapak I Wayan Artika dan Pembimbing Kemahasiswaan, Ibu Kadek Wirahyuni terlihat sangat menikmati penghayatan para penampil.
Pentas musikalisasi puisi, monolog, pembacaan puisi, puisi berantai hingga teatrikal puisi menemani rangkaian acara yang berlangsung kurang lebih 90 menit. Dekorasi sekitar acara pun dibuat unik. Penonton yang menyaksikan menikmati secara lesehan dari areal depan parahyangan hingga depan pojok mural (depan panggung). Tersedia kedai makanan dan minuman yang dibuka oleh Bidang IV Kerjasama HMJBSID, di sisi kiri tepat bawah pohon kamboja dibuka lapak buku yang dipamerkan secara lesehan selama acara berlangsung. Hiasan pendukung lainnya seperti boneka orang-orangan sawah, pamflet sastrawan Indonesia dan hydrant bekas di areal kampus disulap menghiasi pinggiran lokasi acara yang membuat terlihat abstrak dan unik. Mading yang berisi kalimat rumpang menjadi daya tarik penonton karena kalimat rumpang itu dapat diisi oleh penonton yang hadir secara bebas, dituliskannya kata keinginan mereka dalam secarik kertas dengan spidol berwarna. Tak cukup sampai di sana, bagian tengah mading tersebut berisi kode batang yang berisi lirik lagu “Ada Cinta di Kampus Bawah” yang bisa di pindai untuk bisa menyanyi bersama di penghujung acara nanti.
Keraguan sempat muncul di awal akibat pukul 19.00 WITA lokasi terpantau masih belum ramai. Namun, tak lama penonton semakin ramai yang berdatangan yang membuat dosen mendesak agar acara segera dimulai. Sayup-sayup awan mendung menyelimuti kekhawatiran panitia, takut cuaca yang tidak bersahabat mengingat acara dilaksanakan di outdoor atau luar ruangan. Hal itu tidak menjadi masalah karena performa penampil yang dapat membius penonton. Dyajeng Ayu selaku Korbid II Minat dan Bakat HMJBSID sekaligus yang mengatur jalannya acara mengungkapkan cukup terkejut dengan usaha yang diperlihatkan oleh para penampil yang begitu memuaskan. Mulai dari persiapan diri tata rias, busana, hingga performa yang diluar skenario saat latihan. Mereka sungguh keluar malam itu. Penampilan pembacaan puisi dadakan diluar susunan acara juga menarik perhatian penonton. Bagaimana tidak, saat pembacaan puisi oleh yang akrab disapa Atung, begitu penghayatannya yang bagus membuatnya tak sengaja menjatuhkan pelantang suara, sontak penonton memberi tepuk riuh karena emosinya yang berhasil membuat penonton terkesima.
Sorak sorai penonton yang memberi dukungan ke penampil tak kalah seru. Wahyu Mahaputra selaku Kepala Suku Cemara Angin, beberapa menit setelah ia mengendarai motornya untuk masuk ke set panggung akan membaca puisi, menyerukan jika dahulu hanya ada satu kata yaitu, LAWAN! Masa sekarang hanya ada satu kata yaitu, BERKARYA! Begitulah kiranya yang diucapkan laki-laki yang membawakan puisi “Pesan Pencopet Kepada Istrinya” karya WS Rendra tersebut. Penghujung penampilan, ditutup dengan performa teatrikal puisi oleh Wira, Lina, Rosa, dan Yesya. Mereka membawakan puisi karya Om Nanoq Da Kansas yang berjudul “Rumah Lukisan”. Pembawaan puisi inipun mendapat perhatian dari penciptanya langsung yaitu Om Nanoq melihat dalam salah satu cerita instagram yang menandainya malam itu.
Penghujung acara penonton menyatukan nadanya dan perasannya untuk menembangkan lagu “Ada Cinta di Kampus Bawah”. Dengan alunan petikan gitar dan ketukan kajon yang dibawakan oleh Redi dan Yowana berhasil membuat penonton yang hadir larut dalam kasih lagu. Ada yang bersama teman, ada yang bawa pujaan hatinya, atau bahkan bersama orang yang sedang didekatinya. Semua terlihat menyuarakan lagu tersebut dengan penuh rasa.
Krisna Wiryasuta selaku Ketua HMJBSID masa bakti 2023/2024 mengungkapkan terima kasihnya kepada seluruh pihak yang sudah bekerja keras menciptakan acara Jelang Malam. Ia berharap, acara ini dapat menjadi acuan untuk menggaet lebih banyak minat mahasiswa jurusan untuk bergabung serta mengembangkan kreativitas hingga nantinya secara bertahap banyak karya yang dapat tercipta melalui Komunitas Cemara Angin.
Hujan gerimis mendesak panitia untuk mengakhiri acara. Hujan pun seperti tahu, bahwa kapan saatnya ia harus turun dan memberikan anak-anak ini untuk membuat acara sakral sastra itu berlangsung sesuai dengan harapan. (dya)