Projek Akhir Mata Kuliah English for MICE, Mahasiswa Selenggarakan Seminar Nasional Bertajuk Trilingual Bahasa, Sastra, dan Pariwisata 1
Juni 27, 2023Perkenalkan Bahasa dan Budaya Bali di Kancah Internasional – FBS Undiksha Ikut Andil dalam Pelaksanaan International Summer School 2023
Juli 24, 2023Wantilan Truna Jaya, 7 s.d 9 Juli 2023 – “Berkarya dalam wacana sosok gigih seorang Ibu”. Itulah yang diangkat dalam sebuah pertunjukan drama yang dilakukan oleh mahasiswa semester 4 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia berkolaborasi dengan mahasiswa semester 6 lintas prodi PGPAUD dan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang. Tepat pada Minggu pertama Juli, mata kuliah Drama yang diampu oleh I Wayan Artika S.Pd., M.Pd. menjadi ujian akhir semester yang disiapkan mahasiswa secara matang di depan publik. Bermodal persiapan dan kesadaran untuk dapat menampilkan yang terbaik, mahasiswa saling bekerja sama, serta merangkul membagi tugas untuk menyukseskan acara, walaupun beberapa mendapat tugas sebagai pemeran. Pertunjukan yang berlangsung selama tiga hari itu, bak menggebrak panggung Wantilan Truna Jaya dengan mengembalikan kenangan sastra dalam bermain peran.
Pertunjukan yang berlangsung tiga hari berturut-turut mulai pukul 19.30 WITA cukup mendapat apresiasi dari I Wayan Artika (dosen pengampu mata kuliah Drama). Penampilan drama di depan umum merupakan tugas akhir mata kuliah Drama di semester 4, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pertunjukan ini berlangsung selama tiga hari yang meliputi penampilan beda kelas dan beda kelompok setiap harinya. Hari pertama, pada Jumat, 7 Juli 2023 diisi oleh pertunjukan drama oleh kedua kelompok di kelas 4A. Lalu, hari kedua dan terakhir pada Minggu, 9 Juli 2023 diisi oleh penampilan kedua kelompok dari kelas 4B. Setiap kelompok beranggotakan 12 – 17 mahasiswa. Pertunjukan tiga hari tersebut mendapat banyak atensi positif dari beberapa mahasiswa khususnya mahasiswa FBS, serta mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 2.
Acara hari pertama yang dipandu oleh Mang Adi serta Firda (2/PBSI) berlangsung lancar. Kilauan lampu serta pengeras suara yang keras berhasil menggebrak panggung wantilan Teruna Jaya. Bagaimana tidak, pementasan yang dibawakan oleh dua kelompok, yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap berhasil membuat penonton tak bisa beranjak dari tempat duduknya. Dua judul drama, yakni “Rantau” dan “Petani Terbaik” menemani malam Jumat dan seakan merayu kenangan bermain peran kembali ke FBS.
Pertunjukan drama pada hari kedua dan ketiga tak kalah menyenangkan. Dikemas secara sederhana, tanpa panduan pengisi acara, kelas B tetap dapat menampilkan drama yang lebih baik. Dengan dukungan sound serta lighting dan tata rias yang kuat. Dua drama yang berjudul “Sabtu Malam bersama Ibu” dan “Hyang Ibu” adaptasi dari cerpen Made Adnyana Ole berhasil ditampilkan. Walaupun, kedua kelas tampil di hari yang berbeda, tetapi semangat dan dedikasi mereka menyatukan penonton dalam suatu pengalaman sungguh luar biasa. Salah satu kelompok menamai kelompok mereka sebagai Teater Tengah Malam, ini menjadi hal yang unik dan mendapat apresiasi dengan pemilihan nama tersebut. Keempat judul yang dibawakan oleh masing-masing kelompok mengandung alur dan amanat yang dalam tentang perjuangan seorang Ibu.
Pertunjukan drama hasil kolaborasi dengan mahasiswa lintas prodi dari PGPAUD dan PBJ bukan tanpa alasan ditulis, akan tetapi mahasiswa dituntut untuk mengembangkan drama berangkat dari cerita beberapa karya sastra tentang “Ibu”. Beberapa karya sastra itu diantaranya, Lagu Ibu oleh Iwan Fals, Lagu Ibu Kita Kartini, Ibu Pertiwi, Cerpen Ibu oleh Made Adnyana Ole, dan masih banyak lagi. Ini menjadi pengalaman menarik bagi mahasiswa lintas prodi dalam mengetahui proses pembuatan ide drama yang bisa berawal dari representasi karya sastra (musik, puisi, cerpen, novel). Karya sastra yang diambil untuk memberi pemanis di setiap adegan berhasil masuk ke dalam cerita. Pertunjukan drama ini dapat menjadi sebuah pertunjukan dengan kemasan yang unik melalui kombinasi dan adaptasi nilai dari sebuah karya sastra.
Suasana kampus bawah yang dihiasi lampu-lampu di setiap beton tempat duduk menjadikan panggung wantilan Truna Jaya menjadi fokus pertunjukan. Ditemani embusan angin dalam sejuk, pembuka oleh MC memanggil penghuni indekos dan seluruh isi FBS berkumpul ke lapangan. Sayangnya, malam itu tidak banyak yang menyaksikan. Suasana hujan gerimis sore hari membuat meja beton enggan disinggahi. Walaupun demikian, malam drama itu terasa semakin kental bagi mereka penikmat sastra dan sebuah pertunjukan. Hadir pula rekan dari Bapak Wayan Artika, yaitu guru bahasa Indonesia dari SMP/SMA di lingkungan Singaraja yang turut menikmati pementasan malam saat itu. Diharapkan dengan menyaksikan pementasan drama mahasiswa PBSI, dapat menjadi ruang diskusi serta referensi pembelajaran drama bagi siswa di sekolah oleh guru yang hadir.
Berbeda dengan giat pertunjukan besar yang dihadiri oleh banyak undangan dan penonton. Pertunjukan ini berlangsung secara sederhana, tanpa ada undangan khusus, kecuali penyebaran pamflet melalui media digital dengan ajakan “semua diundang”. Persiapan yang dilakukan baik dari sound, lighting, pakaian, properti hingga tata rias seluruhnya dilakukan oleh mahasiswa dari keuangan tiap-tiap kelas.
Rosita selaku koordinator kelas 4A mengungkapkan, persiapan untuk bisa menampilkan drama yang berjudul “Petani Terbaik” dengan durasi lebih kurang 40 menit sekitar satu minggu. Ia juga menambahkan, semoga dengan adanya penampilan drama ini dapat menumbuhkan minat mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai drama. Tidak hanya sekedar tahu drama, tetapi digali dan dicari tahu lebih dalam, tentang cara membuat hingga mementaskan sebuah drama dengan apik.
Menelisik lebih jauh di luar dari pertunjukan, rupanya keikutsertaan mahasiswa PGPAUD dan PBJ selama perkuliahan memberi kesan tersendiri bagai prodi PBSI. Indana, salah satu mahasiswa semester 6 dari prodi PGPAUD juga menyampaikan kesannya. “Drama adalah MK lintas prodi yang sering berbenturan dengan mata kuliah prodi, sehingga kerap kali harus izin jika tidak bisa pindah ke jam yang lain. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara secara pribadi usai pertunjukan. Ditanya terkait kesan selama pertunjukan tugas akhir ia menyatakan, walaupun waktu persiapan cukup singkat, tapi karena semua teman yang berpartisipasi bisa untuk kompak, sehingga pada hari-H dapat tampil dengan usaha yang terbaik. Teman-teman dari prodi PBSI juga baik, ramah, kreatif, dll. Hal itu membuat kami mahasiswa dari prodi PGPAUD dan PBJ merasa nyaman dan senang” Pungkasnya.
Sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana yang menjadi landasan dalam mewujudkan visi Undiksha, diharapkan dengan adanya kolaborasi antar prodi dalam berkarya, sinergi yang kuat dapat mencipta hasil yang luar biasa, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar dalam hal sastra. Pertunjukan kecil ini yang semata hanya menjadi penilaian tugas akhir mata kuliah drama, jika mendapat perhatian serius diharapkan dapat menjadi sebuah giat menarik dalam membangun kembali kenangan sastra dalam dunia akademis. (dya)