Pilmapres 2020
Mei 20, 2020“Serba Pertama Kalinya”Yudisium Daring Fakultas Bahasa dan Seni di Tengah Pandemi Covid
Juli 1, 2020Dua mahasiswa Program Studi Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) lolos untuk mengikuti pameran pada program ASEAN Digital Art Society (ASEDAS). Mereka adalah Putra Wali Aco dan Vincent Chandra. Pameran seni berskala internasional secara virtual untuk melawan wabah Covid-19 ini dibuka, Senin (25/5/2020) melalui seluruh akun media sosial milik ASEDAS.
Wali Aco menjelaskan karya yang dipamerkan menggunakan teknik di gital painting dan koran bekas. Karyanya berjudul “Waspada Hoax Corona”, yang menceritakan tentang hal yang lagi viral, yang lagi diperbincangkan setiap orang dari pagi, siang, malam, namanya selalu disebut pada berbagai media sosial.
Berita dan isu dimana-mana, media terus menyebarkan nama “Corona, Corona, Corona dan Corona, sehingga membuat masyarakat semakin panik, saling mencurigai, dan tidak saling percaya. Selain itu, pada karyanya juga menggambarkan kepanikan yang berlebihan membuat budaya saling menolong di tengah masyarakat kian memudar. “Sehingga bukan hanya virus Corona saja yg menjadi ancaman, tetapi hoax virus corona juga bisa menjadi ancaman terberat bagi masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Tidak banyak persiapan yang dilakukan dalam mengikuti pameran ini. Dirinya merasa bangga karena karyanya dapat bersandingan dengan sejumlah seniman yang berasal dari 18 negara. “Walaupun tidak bisa ketemu dengan para senimannya langsung, tapi bisa satu pameran sudah senang,” ucap mahasiswa kelahiran 1997 ini.
Pameran berskala internasional bukan kali pertama diikuti Wali Aco. Sebelumnya karyanya juga sempat terpajang pada gelaran internasional printmaking and paper art show 2018, BACAA 2019, dan stay hopeful internasional art exhibition online 2020. “Saya berharap pameran ini bisa berlanjut terus dan Prodi seni rupa Undiksha selalu ada yang mewakili,” imbuhnya.
Sementata itu, Vincent Chandra memamerkan karya dua dimensi berupa drawing yang proses tahap akhirnya melalui teknologi digital. Karya ini menanggapi fenomena kepanikan irasional yang belakangan kerap hadir akibat pandemi Covid-19. Fenomena dimana masyarakat mencoba mengontrol rasa ketidaktahuan dan ketidakpastian atas sebuah situasi dengan sikap yang dramatis. “Saya mencoba menggambarkannya terjadi pada suasana pasar yang hiruk-pikuk, dengan orang-orang memborong barang-barang secara egois, yang mengakibatkan komoditas barang menjadi langka,” jelasnya.
Persiapan yang dilakukan untuk mengikuti pameran bergengsi ini pada umumnya sederhana dan sama seperti mengikuti pameran-pameran lainnya, antara lain menyiapkan karya yang dikerjakan semaksimal mungkin, mematangkan gagasan yang ingin disampaikan dan sebagainya. “Tentu saya senang ya..walaupun sekarang aktivitas riil diluar sekarang sangat terbatas, namun banyak lembaga yang mau mewadahi dan mendukung kami para mahasiswa, calon seniman dan dari disiplin apapun untuk terus berkarya,” katanya.
Karya tersebut diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya memerangi Covid-19 yang kini masih menjadi persoalan serius. Sama halnya dengan Wali Aco, Vincent Chandra sebelumnya sudah sempat berpartisipasi pada sejumlah pameran internasional. “Ini menjadi motivasi untuk bisa terus berkarya,” pungkasnya. (hms)