Tantangan Pemimpin Gerakan Mahasiswa Era Disrupsi – Catatan Kritis Untuk Ega dan Justiawan
Maret 7, 2021Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah menggelar Seminar Nasional Bertajuk Disrupsi Bahasa, Sastra, dan Industri Kreatif: Menuju Generasi Emas Indonesia Melalui Education 4.0
Mei 1, 2021Mengingat betapa pentingnya soft skil pada mahasiswa yang akan berguna di masa depan, ketika memasuki dunia kerja, Badan Ekskutif Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (BEM, FBS) Undiksha, menggelar pelatihan soft skill, Rabu 28 April 2021.
Menurut Dekan FBS Prof, Dr. I Made Sutama, M.Pd., ilmu yang diperoleh melalui kuliah adalah hard skill. Dan di luar itu ada ruang-ruang belajar yang sangat luas. Inilah menjadi ruang tempat mahasiswa menempa soft skill. “Soft skill lebih penting daripada hard skil.” Demikian Dekan menandaskan.
Dekan mengajak seluruh mahasiswa FBS yang mengikuti pelatihan soft skill ini untuk berbangga kepada Undiksha. Saat ini Undiksha, di bawah kepemimpinan Bapak Rektor, Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., Undiksha melesat sangat cepat. Namun Dekan tetap mengingatkan, kerja keras tetap harus dikembangkan di kalangan sivitas akademika.
“Soft skill berkaitan dengan sejumlah keterampilan yang antara lain kemampuan berpikir kritis, kemampuan melakukan komunikasi yangg baik, kepemimpinan, kemampuan menganalisis informasi, cepat beradaptasi, memiliki daya kreativitas yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu, kemampuan melakukan kolaborasi, kemampuan mengelola waktu, keterampilan tinggi dalam berbicara di depan umum, dan kemampuan membangun jaringan.” terang Sutama.
Narasumber yang diundang dalam kegiatan ini adalah PKM Corner, sebuah lembaga kemahasiswaan yang dikembangkan oleh FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada, bergerak dalam bidang PKM atau program kreativitas mahasiswa.
Memang ada sejumlah pribadi mahasiswa yang telah berkembang soft skill-nya secara mandiri dan terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu berlaku biasanya sejak masa-masa awal mahasiswa jauh sebelum berada di kampus.
Tipe-tipe mahasiswa seperti itu biasanya telah banyak melakukan praktik-praktik soft skill dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tumbuh sebagai mahasiswa yang memiliki dimensi kehidupan ganda: hard skill dan soft skill.
Sementara itu masih banyak sekali mahasiswa yang berdimensi tunggal. Kelompok ini memandang proses menjadi mahasiswa dan kehidupan di kampus hanyalah melulu soal pengetahuan atau hard skill. Mereka menomorsatukan nilai-nilai kuantitatif formal. Berbagai kegiatan yang mengasah, mengembangkan soft skill tidak dianggap penting. Waktu yang dimiliki hanya digunakan untuk kuliah pengetahuan teori.
Maka pengembangan soft skill bagi kategori mahasiswa hard skill tidak terjadi. Karena itulah, berbagai pelembagaan pelatihan soft skill menjadi hal yang sangat mendesak. Inilah yang mendorong BEM FBS Undiksha bergerak secara melembaga untuk melakukan pelatihan soft skill, yang secara khusus mengasah kemampuan pada kompetensi PKM. Hal ini beralasan mengingat, kegiatan PKM adalah sangat terbuka pada kolaborasi pengembangan berbagai jenis keterampilan yang terakumulasi dalam soft skill